PAKAIAN SIMBOL PERMUSUHAN INSAN DENGAN IBLIS
Pada hari Jum’at tanggal 7 Mei 2010 saya menyampaikan khutbah Jum'at di Masjid As-Sunnah Buntok, Provinsi Kalimantan Tengah membicarakan Ciri Penghuni Neraka, mengutip hadits shahih riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا. (رواه مسلم).
“Dua golongan dari ahli Neraka yang belum aku lihat, satu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, dengan cambuk itu mereka memukuli manusia; dan wanita-wanita yang memakai baju tetapi telanjang, berlenggak-lenggok menarik perhatian, kepala-kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wanginya”.
Inti khutbah tersebut adalah firman Allah surah Al A’raf ayat 26, An Nur ayat 31 dan surah Al Ahzab ayat 59. Kesimpulannya, para istri Nabi, anak perempuannya dan seluruh istri dan anak-anak perempuan Islam wajib mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuhnya dan wajib melabuhkan kerudung menutupi dada-dada mereka. Dengan demikian, sungguh sangat berat menghindarkan wanita-wanita kita dari ciri-ciri penghuni neraka.
Sesungguhnya aurat adalah sasaran utama iblis untuk menyesatkan kaum muslimin. Sasaran ini dipilih setelah iblis diusir Allah dari syurga karena dia membanggakan juriatnya lebih baik dari Adam yang berasal dari tanah. Karena Adam dan istrinya akhirnya diusir juga dari syurga lantaran menuruti nasihat manis iblis maka jadilah kasus aurat dan pakaian merupakan simbol permusuhan abadi antara iblis dan manusia. Marilah kita simak rangkaian firman Allah dalam surah Al Ahzab ayat 11 sampai 27, artinya:"[11] Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kepada Adam"; maka merekapun bersujud kecuali iblis. Iblis tidak termasuk mereka yang sujud. [12] Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud diwaktu Aku menyuruhmu?" Iblis menjawab: "Saya lebih baik daripadanya! Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". [13] Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". [14] Iblis menjawab: "Beri tangguhlah (panjangkan umur saya) sampai waktu mereka dibangkitkan". [15] Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh." [16] Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, [17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. [18] Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa diantara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya". [19] (Dan Allah berfirman): "Wahai Adam, bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang dzalim". [20] Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu aurat dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal". [21] Dan setan pun bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk memberi nasihat kepada kamu berdua", [22] maka setan membujuk keduanya dengan nasihat tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah pohon itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" [23] Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". [24] Allah berfirman: "Turunlah kamu, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan di muka bumi sampai waktu yang ditentukan". [25] Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itulah kamu akan dibangkitkan”. [26] ”Wahai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang sedemikian itu adalah sebahagian dari ayat-ayat Allah, mudah-mudahan kamu selalu ingat”. [27] “Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagai mana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga. Setan itu menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin (aulia / para wali) bagi orang-orang yang tidak beriman”.
Kemudian didalam mukaddimah khutbah jum'at tersebut telah disampaikan hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
؛ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، َ
”Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah kitab Allah (al Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu alaihi wa salam”.
Maka saya pun tadi telah sampaikan bagi kita sebenar-benar perkataan itu yaitu Al Qur’an dan sebaik-baik petunjuk yaitu petunjuk dari hadits Rasulullah SAW. Sesudahnya saya tidak tahu kalau masih ada yang menolak kedua sumber keutamaan itu, mungkin dengan alasan hati belum terbuka, atau ayat-ayat tersebut terlalu keras, atau mungkin iman kita memang sudah hilang. Sesungguhnya Al Qur’an itu tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang bertaqwa, “dzalikal kitabu la raiba fihii, hudan lil muttaqqin”. Lalu kenapa kitab suci itu kini menjadi sumber keraguan? Kenapa kita meragukannya? Apakah ada ayat-ayat Al Qur’an yang kita anggap lemah atau palsu? Hanya anda yang mampu menjawabnya. Wallahu a’lam.
Sesungguhnya kita telah bersyahadat, telah berjanji sehidup-semati kepada Allah dan Rasul-Nya bahwa kita akan mentaati segala perintah Allah dan Rasul-nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Allah pun berfirman dalam surah Al Ahzab ayat 23 dan 24, artinya: "[23] Diantara orang-orang mukmin itu ada yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya), [24] supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Apakah kita sudah memenuhi janji-janji kita terkait syahadat itu? Wallahu a’lam. Kemudian didalam surah Al Ahzab ayat 36 Allah berfirman, artinya: "[36] Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata”. Dengan demikian, tidak ada peluang sedikitpun bagi kita untuk ingkar janji atau ragu-ragu atau mengambil pilihan lain selain yang dipilihkan Allah dan Rasul-Nya, kecuali telah sesat dengan kesesatan yang nyata.
Memang kebenaran itu sangatlah berat namun mempermaklumkan kesesatan adalah adzab yang sangat luar biasa kejamnya. Sebagai orang yang menyatakan beriman, tidak mungkin kita masuk syurga tanpa ujian, sehinga kita harus mempersiapkan diri untuk menerima apapun ujian Allah. Kita harus yakin bahwa ujian adalah tanda kecintaan Allah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam :
:إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ. (رواه الترمذي، وقال هذا حديث حسن غريب من هذا الوجه).
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya bala. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Ia akan menguji mereka. Maka barangsiapa ridha, baginyalah keridhaan Allah dan barangsiapa marah (maka) baginyalah kemarahan Allah”. HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata hadits ini hasan gharib dari sanad ini, Sunan At-Timidzy cet. Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, juz 4 hal. 519).
Buntok, 9 Mei 2010
Kamis, 13 Mei 2010
Minggu, 09 Mei 2010
KHUTBAH JUM'AT TANGGAL 7 MEI 2010 DI MASJID AS-SUNNAH BUNTOK
CIRI PENGHUNI NERAKA
oleh Syamsuddin Rudiannoor
KHUTBAH PERTAMA
Jamaah Jum’at yang mudah-mudahan memperoleh rahmat dari Allah Sub-haanahu wa Ta’ala.
Hari Sabtu 10 April 2010 pukul 12.30 sampai 13.30 WIB, slot berita Metro TV menayangkan Pemerintah Bangladesh melarang pemaksaan kerudung bagi wanita. Kemudian hari Rabu, 21 April 2010 Viva News dan TV One mengabarkan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, akan mengajukan ke parlemen Rancangan Undang-Undang larangan memakai jilbab dalam Mei 2010. Juru bicara Luc Chatel, Rabu 21 April 2010 mengatakan, Presiden Sarkozy memutuskan terus maju untuk mengesahkan larangan pemakaian jilbab dan semacamnya di tempat umum. Sikap Perancis ini sudah didukung oleh Perdana Menteri Denmark, Lars Loekke Rasmussen. Dia mengatakan kepada harian The Herald Sun, ”Busana perempuan muslim yang menutup hampir seluruh tubuh, kecuali mata, tidak punya tempat dalam masyarakat Denmark. "Busana seperti itu melambangkan sebuah pandangan perempuan dan kemanusiaan yang kami tentang dan ingin dihapus dari masyarakat Denmark”. Maka saya pun menariknya kedalam khutbah ini.
Jamaah Jum’at yang mudah-mudahan memperoleh rahmat dari Allah Sub-haanahu wa Ta’ala. Dalam khutbah beberapa bulan lalu, dari mimbar ini pernah disampaikan hadits shahih riwayat Imam Muslim, dengan Syarh An-Nawawi cetakan Dar Ar-Rayyan, juz 14 halaman 109-110, Rasulullah SAW bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا. (رواه مسلم).
“Dua golongan dari ahli Neraka yang belum aku lihat, satu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, dengan cambuk itu mereka memukuli manusia; dan wanita-wanita yang memakai baju tetapi telanjang, berlenggak-lenggok menarik perhatian, kepala-kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wanginya”.
Apa arti hadits ini? Rasulullah SAW menjelaskan kepastian penghuni neraka yang tidak akan pernah masuk syurga, bahkan tidak akan bisa menciumi baunya. Siapa penghuni neraka itu? Pertama, adanya kaum yang pekerjaannya membawa cambuk seperti ekor sapi lalu dengan cambuk itu mencambuki manusia. Mungkin mereka ini petugas atau aparat. Kedua, wanita Islam yang berjilbab tetapi telanjang. Berpakaian tapi telanjang, yang berjilbab tetapi lenggak-lenggok. Cobalah fikir, berjilbab saja dipastikan masuk nereka, apalagi yang tidak. Kenapa wanita berjilbab dipastikan masuk neraka? Karena jilbabnya melawan firman Allah surah Al A’raf ayat 26: “Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari ayat-ayat Allah, mudah-mudahan kalian selalu ingat”.
Apa arti ayat ini? Artinya pakian adalah ayat Allah. Allah yang menurunkan pakaian dengan tujuan menutup aurat. Lalu kenapa kita dan anak istri memakai pakaian untuk menampakkan aurat? Yang namanya jilbab adalah pakaian penutup aurat wanita, lalu kenapa mereka berjilbab untuk menegaskan aurat. Dengan demikian mayoritas wanita berjilbab masuk neraka kecuali memperhatikan syarat berpakaian diatas. Lalu apa lagi syarat berpakaian bagi wanita? Allah berfirman dalam surah an Nur 31: "31. Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kerudung-kerudung ke dada-dada mereka dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami mereka atau putra-putra mereka atau putra-putra suami mereka atau saudara-saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka atau sesama wanita Islam atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Jamaah Jum’at yang mudah-mudahan masih tahan mendengarkan firman Allah Sub-hanahu wa Ta’ala. Ayat ini tegas memerintah wanita menutupi seluruh tubuhnya kecuali bagian yang biasa nampak daripadanya. Menurut ulama Indonesia ditambah Imam Nashirudin Al Albani, yang biasa tampak adalah muka dan telapak tangan. Tapi menurut Imam Hamud At Tuwaijiry, yang biasa nampak adalah mata sehingga wajah dan kedua punggung tangan harus ditutup. Inilah perbedaan menyikapi yang boleh tampak dari wanita. Persamaan keduanya, semuanya mewajibkan kerudung menutupi dada wanita dengan sempurna, haram wanita menampakkan perhiasannya dan kaki wanita harus ditutup sempurna. Di akhir ayat tadi Allah menegaskan: ”Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui orang perhiasan yang mereka sembunyikan”. Jadi kaki wanita wajib ditutupi dan menghentakkan kaki agar diketahui ada gelang kaki: haram hukumnya. Dengan demikian, baik Al Bani maupun At Tuwaijiry sama saja kesimpulannya, hanya bedanya, Al Bani menghukumkan sunnah bagi wanita menutupi wajahnya sedangkan at Tuwaijiri merasa wajib.
Kemudian Allah berfirman dalam surah Al Ahzab 59:“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”.
Apa kesimpulan ayat Allah ini? Para istri Nabi, anak perempuannya dan seluruh istri dan anak-anak perempuan Islam wajib mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuhnya. Jadi jilbab adalah pakaian wanita, bukan kakamban atau kerudung. Ayat ini menegaskan lagi firman Allah surah Al A’raf 26 dan An Nur 31. Artinya wanita beriman adalah yang berpakaian menutupi auratnya, memakai jilbab keseluruh tubuhnya dan dibagian luar memakai kain kerudung yang sempurna menutupi dada-dada mereka. Kalau demikian, jilbab adalah baju wanita yang menutupi tubuh dari ujung rambut sampai ke ujung kaki dan kerudung adalah baju luar yang menutupi jilbab mulai dari kepala, bahu sampai sempurna menutupi dada. Kalau dada tertutup sempurna maka kerudung haruslah lebar dan ujungnya menjulur melampaui pusat.
Dengan demikian, sungguhlah sangat berat menghindarkan wanita-wanita kita dari tanda-tanda penghuni neraka.
KHUTBAH KEDUA
Jamaah Jum’at yang mudah-mudahan masih tahan mendengarkan firman Allah Sub-hanahu wa Ta’ala.
Allah berfirman dalam surah Al A’raf ayat 27:“Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagai mana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman".
Inilah peringatan Allah bagi kita yang hidup di zaman sekarang. Inilah resiko tidak berjilbab atau melalaikan menutup aurat. Apa itu? Di syurga Adam saja, yang kala itu hanya hidup Adam dan istrinya, begitu mereka memakan buah dari pohon larangan yang mengakibatkan aurat terbuka maka mereka dihukum keluar dari syurga. Maksudnya, di syurga saja haram membuka aurat apalagi di dunia. Karenanya Allah mewanti-wanti keras: “Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kalian dapat ditipu oleh setan sebagai mana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya”. Ringkasnya, siapa yang menampakkan auratnya maka berhasil ditipu setan. Resikonya jelas, tidak akan masuk syurga selama-lamanya. Adam dan istrinya yang di syurga saja diusir karena kelihatan auratnya, apalagi kita yang di dunia, mustahil bisa masuk syurga. Haram syurga bagi mereka.
Jamaah Jum’at yang mudah-mudahan memperoleh rahmat dan kasih sayang Allah Sub-hanahu wa Ta’ala.
Didalam Al Qur’an surah An Nur 60 Allah memberikan keringanan bagi wanita tua: “Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (haid dan mengandung) yang tiada lagi berkeinginan untuk kawin, tidak ada dosa atas mereka menanggalkan sebagian pakaian mereka dengan tidak menampakkan perhiasannya, namun berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Dalam ayat ini Allah memberikan keringanan kepada para wanita tua tetapi tetap tidak boleh menampakkan aurat dan perhiasannya. Dan tetap berjilbab sempurna adalah lebih baik bagi mereka.
Buntok, 12 April 2010
oleh Syamsuddin Rudiannoor
KHUTBAH PERTAMA
Jamaah Jum’at yang mudah-mudahan memperoleh rahmat dari Allah Sub-haanahu wa Ta’ala.
Hari Sabtu 10 April 2010 pukul 12.30 sampai 13.30 WIB, slot berita Metro TV menayangkan Pemerintah Bangladesh melarang pemaksaan kerudung bagi wanita. Kemudian hari Rabu, 21 April 2010 Viva News dan TV One mengabarkan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, akan mengajukan ke parlemen Rancangan Undang-Undang larangan memakai jilbab dalam Mei 2010. Juru bicara Luc Chatel, Rabu 21 April 2010 mengatakan, Presiden Sarkozy memutuskan terus maju untuk mengesahkan larangan pemakaian jilbab dan semacamnya di tempat umum. Sikap Perancis ini sudah didukung oleh Perdana Menteri Denmark, Lars Loekke Rasmussen. Dia mengatakan kepada harian The Herald Sun, ”Busana perempuan muslim yang menutup hampir seluruh tubuh, kecuali mata, tidak punya tempat dalam masyarakat Denmark. "Busana seperti itu melambangkan sebuah pandangan perempuan dan kemanusiaan yang kami tentang dan ingin dihapus dari masyarakat Denmark”. Maka saya pun menariknya kedalam khutbah ini.
Jamaah Jum’at yang mudah-mudahan memperoleh rahmat dari Allah Sub-haanahu wa Ta’ala. Dalam khutbah beberapa bulan lalu, dari mimbar ini pernah disampaikan hadits shahih riwayat Imam Muslim, dengan Syarh An-Nawawi cetakan Dar Ar-Rayyan, juz 14 halaman 109-110, Rasulullah SAW bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا. (رواه مسلم).
“Dua golongan dari ahli Neraka yang belum aku lihat, satu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, dengan cambuk itu mereka memukuli manusia; dan wanita-wanita yang memakai baju tetapi telanjang, berlenggak-lenggok menarik perhatian, kepala-kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wanginya”.
Apa arti hadits ini? Rasulullah SAW menjelaskan kepastian penghuni neraka yang tidak akan pernah masuk syurga, bahkan tidak akan bisa menciumi baunya. Siapa penghuni neraka itu? Pertama, adanya kaum yang pekerjaannya membawa cambuk seperti ekor sapi lalu dengan cambuk itu mencambuki manusia. Mungkin mereka ini petugas atau aparat. Kedua, wanita Islam yang berjilbab tetapi telanjang. Berpakaian tapi telanjang, yang berjilbab tetapi lenggak-lenggok. Cobalah fikir, berjilbab saja dipastikan masuk nereka, apalagi yang tidak. Kenapa wanita berjilbab dipastikan masuk neraka? Karena jilbabnya melawan firman Allah surah Al A’raf ayat 26: “Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari ayat-ayat Allah, mudah-mudahan kalian selalu ingat”.
Apa arti ayat ini? Artinya pakian adalah ayat Allah. Allah yang menurunkan pakaian dengan tujuan menutup aurat. Lalu kenapa kita dan anak istri memakai pakaian untuk menampakkan aurat? Yang namanya jilbab adalah pakaian penutup aurat wanita, lalu kenapa mereka berjilbab untuk menegaskan aurat. Dengan demikian mayoritas wanita berjilbab masuk neraka kecuali memperhatikan syarat berpakaian diatas. Lalu apa lagi syarat berpakaian bagi wanita? Allah berfirman dalam surah an Nur 31: "31. Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kerudung-kerudung ke dada-dada mereka dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami mereka atau putra-putra mereka atau putra-putra suami mereka atau saudara-saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka atau sesama wanita Islam atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Jamaah Jum’at yang mudah-mudahan masih tahan mendengarkan firman Allah Sub-hanahu wa Ta’ala. Ayat ini tegas memerintah wanita menutupi seluruh tubuhnya kecuali bagian yang biasa nampak daripadanya. Menurut ulama Indonesia ditambah Imam Nashirudin Al Albani, yang biasa tampak adalah muka dan telapak tangan. Tapi menurut Imam Hamud At Tuwaijiry, yang biasa nampak adalah mata sehingga wajah dan kedua punggung tangan harus ditutup. Inilah perbedaan menyikapi yang boleh tampak dari wanita. Persamaan keduanya, semuanya mewajibkan kerudung menutupi dada wanita dengan sempurna, haram wanita menampakkan perhiasannya dan kaki wanita harus ditutup sempurna. Di akhir ayat tadi Allah menegaskan: ”Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui orang perhiasan yang mereka sembunyikan”. Jadi kaki wanita wajib ditutupi dan menghentakkan kaki agar diketahui ada gelang kaki: haram hukumnya. Dengan demikian, baik Al Bani maupun At Tuwaijiry sama saja kesimpulannya, hanya bedanya, Al Bani menghukumkan sunnah bagi wanita menutupi wajahnya sedangkan at Tuwaijiri merasa wajib.
Kemudian Allah berfirman dalam surah Al Ahzab 59:“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”.
Apa kesimpulan ayat Allah ini? Para istri Nabi, anak perempuannya dan seluruh istri dan anak-anak perempuan Islam wajib mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuhnya. Jadi jilbab adalah pakaian wanita, bukan kakamban atau kerudung. Ayat ini menegaskan lagi firman Allah surah Al A’raf 26 dan An Nur 31. Artinya wanita beriman adalah yang berpakaian menutupi auratnya, memakai jilbab keseluruh tubuhnya dan dibagian luar memakai kain kerudung yang sempurna menutupi dada-dada mereka. Kalau demikian, jilbab adalah baju wanita yang menutupi tubuh dari ujung rambut sampai ke ujung kaki dan kerudung adalah baju luar yang menutupi jilbab mulai dari kepala, bahu sampai sempurna menutupi dada. Kalau dada tertutup sempurna maka kerudung haruslah lebar dan ujungnya menjulur melampaui pusat.
Dengan demikian, sungguhlah sangat berat menghindarkan wanita-wanita kita dari tanda-tanda penghuni neraka.
KHUTBAH KEDUA
Jamaah Jum’at yang mudah-mudahan masih tahan mendengarkan firman Allah Sub-hanahu wa Ta’ala.
Allah berfirman dalam surah Al A’raf ayat 27:“Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagai mana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman".
Inilah peringatan Allah bagi kita yang hidup di zaman sekarang. Inilah resiko tidak berjilbab atau melalaikan menutup aurat. Apa itu? Di syurga Adam saja, yang kala itu hanya hidup Adam dan istrinya, begitu mereka memakan buah dari pohon larangan yang mengakibatkan aurat terbuka maka mereka dihukum keluar dari syurga. Maksudnya, di syurga saja haram membuka aurat apalagi di dunia. Karenanya Allah mewanti-wanti keras: “Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kalian dapat ditipu oleh setan sebagai mana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya”. Ringkasnya, siapa yang menampakkan auratnya maka berhasil ditipu setan. Resikonya jelas, tidak akan masuk syurga selama-lamanya. Adam dan istrinya yang di syurga saja diusir karena kelihatan auratnya, apalagi kita yang di dunia, mustahil bisa masuk syurga. Haram syurga bagi mereka.
Jamaah Jum’at yang mudah-mudahan memperoleh rahmat dan kasih sayang Allah Sub-hanahu wa Ta’ala.
Didalam Al Qur’an surah An Nur 60 Allah memberikan keringanan bagi wanita tua: “Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (haid dan mengandung) yang tiada lagi berkeinginan untuk kawin, tidak ada dosa atas mereka menanggalkan sebagian pakaian mereka dengan tidak menampakkan perhiasannya, namun berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Dalam ayat ini Allah memberikan keringanan kepada para wanita tua tetapi tetap tidak boleh menampakkan aurat dan perhiasannya. Dan tetap berjilbab sempurna adalah lebih baik bagi mereka.
Buntok, 12 April 2010
Senin, 03 Mei 2010
KHUTBAH JUM'AT TANGGAL 30 APRIL 2010 DI MASJID AS-SUNNAH BUNTOK
RASULULLAH TIDAK DAPAT MEMBERI HIDAYAH
oleh Syamsuddin Rudiannoor
KHUTBAH PERTAMA
Jamaat Jum’at yang mudah-mudah mendapatkan rahmat dari Allah Sub-hanahu wa Ta’ala.
Kita sering mendengarkan ucapan shalawat : “Allahuma shalli ala sayyidina wa maulana Muhammad”.
Benarkah ucapan itu? Pada saat nabi hidup, beliau tidak mampu memberikan hidayah, pertolongan bahkan pembelaan kepada orang sangat beliau cintai. Firman Allah sub-hanahu wa Ta’ala dalam surah Al Qashash 56: "Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak dapat memberi hidayah, petunjuk, pertolongan kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk".
Ayat ini turun berkenaan dengan usaha Rasulullah SAW yang sangat sungguh-sungguh ingin mengislamkan pamannya Abu Thalib. Seperti diketahui, Abu Thalib adalah pembela Muhammad dan Islam tetapi beliau belum mau masuk Islam. Diriwayatkan dalam shohih Bukhori, dari Ibnul Musayyab bahwa bapaknya berkata: "Ketika Abu Tholib akan meninggal dunia maka datanglah Rasulullah s.a.w. Pada saat itu Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal sudah ada disisinya. Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Thalib: "Wahai pamanku, ucapkanlah “la Ilaha Illallah” kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu dihadapan Allah". Tetapi segera Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berkata kepada Abu Tholib: "Apakah kamu membenci agama Abdul Muthollib?"
Kemudian Rasulullah mengulangi sabdanya lagi, "Wahai pamanku, ucapkanlah “la Ilaha Illallah” kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu dihadapan Allah", dan mereka berduapun mengulangi pula kata-katanya: "Apakah kamu membenci agama Abdul Muthollib?" Maka ucapan terahir yang dikatakan Abu Tholib adalah: bahwa ia tetap berada pada agama Abdul Mutholib dan menolak untuk mengucapkan kalimat la ilah illallah.
Menyaksikan kenyataan itu Rasulullah SAW tidak berputus asa, sehingga beliau pun bersabda: "Sungguh akan aku memintakan ampun untukmu kepada Allah selama aku tidak dilarang".
Akibat ucapan Nabi ini, Allah menurunkan firman-Nya dalam surah At Taubah ayat 13: “Tidaklah pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam”.
Dengan demikian, tidak seorang muslim pun yang mampu memberikan hidayah, petunjuk, pertolongan atau pembelaan kepada orang lain kecuali atas kehendak Allah.Terbukti Nabi Muhammad tidak bisa menjadi al maula atau maulana bagi pamannya yang sangat dicintai. Bahkan seorang Muslim dilarang mendoakan keampunan bagi orang musyrik walaupun dia kerabat yang paling dekat dan sangat dicinta. Dengan begitu maka jelas Nabi Muhammad bukan al maula, al maulana, maulani atau maulakum.
Jamaat Jum’at yang mudah-mudah mendapatkan rahmat Allah Sub-hanahu wa Ta’ala.
Kalau demikian, siapakah maulana kita? Siapakah pemberi hidayah, penolong dan pembela kita? Allah menegaskan diantaranya dalam surah Al Baqarah 285-286: “285. Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". ”286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah al maulana (Penolong kami), maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
Ayat 285 tegas menyatakan Muhammad menerima Al Qur’an yang diturunkan kepadanya sehingga beliau mengakui dirinya bukan al maulana. Malah seorang muslim dilarang membeda-bedakan diantara pada Rasul-rasul Allah, padahal kita, ummat Islam disini membedakan Muhammad sebagai Nabi Besar dan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi Kecil. Kita harus ingat, segala yang kita lakukan akan di pertanggung jawabkan di pengadilan Allah kelak. Sementara dalam ayat 286 dengan tegas kita berdoa dengan ayat: ”Wa’fu anna waghfirlana warhamna anta maulana fanshurna alal qaumil kaafirin”. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami anta maulana) maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir"). Jadi, Nabi Muhammad saja berdoa kepada Allah dengan Al Baqaarah 286, Allah sebagai Maulana beliau, lalu kenapa kita berdoa kepada Allah dengan menjadikan Muhammad sebagai Maulana?
”Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Maulana (pelindung kami), dan hanya kepada Allah-lah orang-orang yang beriman bertawakal." (Surah At Taubah 51).
KHUTBAH KEDUA
Jamaat Jum’at yang mudah-mudah mendapatkan rahmat Allah Sub-hanahu wa Ta’ala.
Sehubungan Allah sebagai al maula kita atau maulana, perhatikan penegasan Allah dalam surah Ali Imran 150: ”Sesungguhnya,Allahlah maulakum (Allah-lah Pelindung kamu), dan Dia-lah sebaik-baik Penolong”.
Didalam surah Al Anfal 40 Allah kembali menegaskan: ”Dan jika mereka berpaling,maka ketahuilah bahwasanya Allah-lah Maulakun (Allah-lah Pelindungmu). Hanyalah Dia sebaik-baik al maula (Dialah sebaik-baik Pelindung) dan sebaik-baik Penolong”.
Jamaat Jum’at yang mudah-mudah masih berbahagia dengan ayat-ayat Allah Sub-hanahu wa Ta’ala. “Di padang Mahsyar nanti, tiap-tiap diri akan merasakan pembalasan atas apa saja yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka dikembalikan kepada Allah al Maulakum (dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya) dan lenyaplah dari mereka apa saja yang mereka ada-adakan”. Inilah terjemahan firman Allah surah Yunus ayat 30. Dengan demikian, dari dunia sampai akhirat nanti, hanyalah Allah saja Al Maulana atau pemberi hidayah, pelindung dan penolong kita. Oleh karena itu, janganlah kita ikut-ikutan orang banyak mengucapkan shalawat Allahuma shalli ala sayyidina wa maulana Muhammad. Mari ucapkan shalawat yang benar saja sebagaimana telah dikhutbahkan beberapa bulan lalu. Allah berfirman dalam Ali Imran ayat 149: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati kebanyakan orang-orang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu kepada kekafiran, lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi”.
Buntok, 13 April 2010
oleh Syamsuddin Rudiannoor
KHUTBAH PERTAMA
Jamaat Jum’at yang mudah-mudah mendapatkan rahmat dari Allah Sub-hanahu wa Ta’ala.
Kita sering mendengarkan ucapan shalawat : “Allahuma shalli ala sayyidina wa maulana Muhammad”.
Benarkah ucapan itu? Pada saat nabi hidup, beliau tidak mampu memberikan hidayah, pertolongan bahkan pembelaan kepada orang sangat beliau cintai. Firman Allah sub-hanahu wa Ta’ala dalam surah Al Qashash 56: "Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak dapat memberi hidayah, petunjuk, pertolongan kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk".
Ayat ini turun berkenaan dengan usaha Rasulullah SAW yang sangat sungguh-sungguh ingin mengislamkan pamannya Abu Thalib. Seperti diketahui, Abu Thalib adalah pembela Muhammad dan Islam tetapi beliau belum mau masuk Islam. Diriwayatkan dalam shohih Bukhori, dari Ibnul Musayyab bahwa bapaknya berkata: "Ketika Abu Tholib akan meninggal dunia maka datanglah Rasulullah s.a.w. Pada saat itu Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal sudah ada disisinya. Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Thalib: "Wahai pamanku, ucapkanlah “la Ilaha Illallah” kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu dihadapan Allah". Tetapi segera Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berkata kepada Abu Tholib: "Apakah kamu membenci agama Abdul Muthollib?"
Kemudian Rasulullah mengulangi sabdanya lagi, "Wahai pamanku, ucapkanlah “la Ilaha Illallah” kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu dihadapan Allah", dan mereka berduapun mengulangi pula kata-katanya: "Apakah kamu membenci agama Abdul Muthollib?" Maka ucapan terahir yang dikatakan Abu Tholib adalah: bahwa ia tetap berada pada agama Abdul Mutholib dan menolak untuk mengucapkan kalimat la ilah illallah.
Menyaksikan kenyataan itu Rasulullah SAW tidak berputus asa, sehingga beliau pun bersabda: "Sungguh akan aku memintakan ampun untukmu kepada Allah selama aku tidak dilarang".
Akibat ucapan Nabi ini, Allah menurunkan firman-Nya dalam surah At Taubah ayat 13: “Tidaklah pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam”.
Dengan demikian, tidak seorang muslim pun yang mampu memberikan hidayah, petunjuk, pertolongan atau pembelaan kepada orang lain kecuali atas kehendak Allah.Terbukti Nabi Muhammad tidak bisa menjadi al maula atau maulana bagi pamannya yang sangat dicintai. Bahkan seorang Muslim dilarang mendoakan keampunan bagi orang musyrik walaupun dia kerabat yang paling dekat dan sangat dicinta. Dengan begitu maka jelas Nabi Muhammad bukan al maula, al maulana, maulani atau maulakum.
Jamaat Jum’at yang mudah-mudah mendapatkan rahmat Allah Sub-hanahu wa Ta’ala.
Kalau demikian, siapakah maulana kita? Siapakah pemberi hidayah, penolong dan pembela kita? Allah menegaskan diantaranya dalam surah Al Baqarah 285-286: “285. Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". ”286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah al maulana (Penolong kami), maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
Ayat 285 tegas menyatakan Muhammad menerima Al Qur’an yang diturunkan kepadanya sehingga beliau mengakui dirinya bukan al maulana. Malah seorang muslim dilarang membeda-bedakan diantara pada Rasul-rasul Allah, padahal kita, ummat Islam disini membedakan Muhammad sebagai Nabi Besar dan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi Kecil. Kita harus ingat, segala yang kita lakukan akan di pertanggung jawabkan di pengadilan Allah kelak. Sementara dalam ayat 286 dengan tegas kita berdoa dengan ayat: ”Wa’fu anna waghfirlana warhamna anta maulana fanshurna alal qaumil kaafirin”. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami anta maulana) maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir"). Jadi, Nabi Muhammad saja berdoa kepada Allah dengan Al Baqaarah 286, Allah sebagai Maulana beliau, lalu kenapa kita berdoa kepada Allah dengan menjadikan Muhammad sebagai Maulana?
”Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Maulana (pelindung kami), dan hanya kepada Allah-lah orang-orang yang beriman bertawakal." (Surah At Taubah 51).
KHUTBAH KEDUA
Jamaat Jum’at yang mudah-mudah mendapatkan rahmat Allah Sub-hanahu wa Ta’ala.
Sehubungan Allah sebagai al maula kita atau maulana, perhatikan penegasan Allah dalam surah Ali Imran 150: ”Sesungguhnya,Allahlah maulakum (Allah-lah Pelindung kamu), dan Dia-lah sebaik-baik Penolong”.
Didalam surah Al Anfal 40 Allah kembali menegaskan: ”Dan jika mereka berpaling,maka ketahuilah bahwasanya Allah-lah Maulakun (Allah-lah Pelindungmu). Hanyalah Dia sebaik-baik al maula (Dialah sebaik-baik Pelindung) dan sebaik-baik Penolong”.
Jamaat Jum’at yang mudah-mudah masih berbahagia dengan ayat-ayat Allah Sub-hanahu wa Ta’ala. “Di padang Mahsyar nanti, tiap-tiap diri akan merasakan pembalasan atas apa saja yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka dikembalikan kepada Allah al Maulakum (dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya) dan lenyaplah dari mereka apa saja yang mereka ada-adakan”. Inilah terjemahan firman Allah surah Yunus ayat 30. Dengan demikian, dari dunia sampai akhirat nanti, hanyalah Allah saja Al Maulana atau pemberi hidayah, pelindung dan penolong kita. Oleh karena itu, janganlah kita ikut-ikutan orang banyak mengucapkan shalawat Allahuma shalli ala sayyidina wa maulana Muhammad. Mari ucapkan shalawat yang benar saja sebagaimana telah dikhutbahkan beberapa bulan lalu. Allah berfirman dalam Ali Imran ayat 149: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati kebanyakan orang-orang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu kepada kekafiran, lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi”.
Buntok, 13 April 2010
Langganan:
Postingan (Atom)
Oleh-oleh Kalimantan
Jan 12 Oleh-oleh Kalimantan Kami juga memasarkan beberapa jenis oleh-oleh khas Kalimantan, diantaranya mandau, tas manik motif Da...
-
KULAT ALIAS JAMUR Jamur merupakan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil (zat hijau daun) sehingga tidak bisa menghasilkan mak...
-
Kalau sebelumnya Barito Raya Pro memperkenalkan Keripik Lambiding atau keripik Kelakai, Keripik Paku, Keripik Mandai, St...
-
ADAB IBADAH RAMADHAN oleh : Syamsuddin Rudiannoor إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِن...