AL QUR’AN KITAB PEMBEDA YANG HAQ
(14 Ramadhan 1431 H)
Oleh : Syamsuddin Rudiannoor
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Jamaah qiyamu ramadhan yang berbahagia.
Kita sudah sangat faham bahwa petunjuk ramadhan yang sempurna dari Allah adalah surah Al Baqarah dari ayat 183 sampai 187. Kita pun sudah sangat tahu firman Allah dalam Al Baqarah 185 yang berbunyi: "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelasan dari petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)".
Dengan mengetahui posisi Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, sebagai penjelasan atas petunjuk itu dan sebagai furqan yakni parameter atau tolok ukur atau timbang dari Allah Ta’ala supaya kita tahu mana yang benar dan mana yang salah. Maka dalam rangka menimbang itu, kita tidak boleh ragu menimbang segala hal dengan Al Qur’an. Jangan ragu-ragu kita menentukan salah dan benar, karena “al haqqu min rabbuka, falaa taqunanna minal mumtariin”(“Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu maka janganlah kamu tergolong orang yang ragu-ragu). Kalau imam atau khatib saja ragu..., apalagi jamaahnya, sudah pasti semakin menjadi-jadi keraguan-raguan mereka.
Didalam menimbang benar atau salah sesuatu masalah, Allah memperingatkan dalam banyak ayat, diantaranya Ali Imran ayat 7 : “Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Isinya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah ummul Kitab (pokok-pokok isi Al Kitab), dan yang lainnya (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang di dalam hatinya condong kepada kesesatan, mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”
Coba lihat ayat ini. Sudah tegas Allah menentukan isi Al Qur’an terdiri dari 2 bagian yakni ayat-ayat muhkam, ayat-ayat hukum, ayat-ayat yang jelas dan tegas, praktis untuk menentukan hukum setiap masalah, maka inilah pokok ajaran Islam yang harus dijelaskan dengan sejelas-jelasnya. Dengan begitu kita amalkan ayat-ayat itu tanpa ragu-ragu sedikit pun. Inilah ayat-ayat muhkamat, ayat-ayat praktis dan kita tinggal mempraktekkan saja. Contohnya apa? Surah Al Baqarah ayat 186 berbunyi: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Maka dari ayat ini kita dipahami bahwa salah satu alasan ummat melakukan ibadah ramadhan adalah pada bulan itu kedekatan Allah dengan ummatnya betul-betul sangat dekat. Namun kedekatan itu tidak membawa manfaat apabila persyaratannya tidak digenapkan yaitu berdoa memohon kepada Allah serasa memenuhi segala perintah–Nya, teguh beriman kepada-Nya dan senantiasa istiqamah didalam kebenaran.
Karena persyaratan kabulnya permohonan kepada Allah harus memenuhi segala perintah–Nya, teguh beriman kepada-Nya dan senantiasa istiqamah didalam kebenaran serta karena Al Baqarah 185 dengan tegas menentukan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelasan dari petunjuk itu dan sebagai pembeda antara yang hak dan yang batil maka seluruh aktifitas ramadhan harus menyesuaikan dengan petunjuk Al Qur’an itu. Dengan demikian, siapapun yang berdoa kepada Allah, dia harus memanfaatkan adab berdoa sebagaimana surah Al A’raf ayat 55: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan dengan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.
Artinya, siapa pun yang tidak berdoa dengan mencontoh ayat ini maka melampaui batas atau keluar garis permainan atau offside atau lewang. Siapa pun yang melanggar batas atau offside maka goal yang dihasilkannya dianulir oleh wasit.
Kemudian siapa saja yang berdoa dan sholat, hendaklah memanfaatkan adab berdoa dan sholat sebagaimana firman Allah surah Al Isra ayat 110: “Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, dan bagi Dialah al asmaaulhusna. Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu didalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah diantara kedua itu."
Dengan demikian berdoa sangat dianjurkan memakai al asmaa-ul-husna. Dan apabila kita sholat maka bacaannya sholat tidak boleh dinyaringkan kecuali sekedar kebutuhan orang yang shalat dan jamaahnya saja.
Seterusnya, Allah sangatlah banyak memerintahkan ummat Islam berdzikir kepada-Nya. Namun untuk menciptakan suasana dzikir yang sesuai dengan petunjuk Allah, adalah wajib bagi siapapun dari ummat ini untuk berdzikir sesuai adab dzikir yang diperintahkan-Nya, yakni surah Al A’raf ayat 205: “Dan berdzikirlah menyebut Tuhanmu didalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, baik di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.
Dengan ayat ini tegas bahwa berdzikir wajib di dalam hati dan dilarang mengeraskan suara, baik dzikir pagi atau petang. Artinya, 24 jam kita disuruh berdzikir dan dzikir itu harus memakai adab. Kalau kita lawan ayat ini apakah kita tergolong bertaqwa karena orang yang bertaqwa sudah pasti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya?
Akhirnya, Allah pun memberikan adab tadarus Al Qur’an dengan firman-Nya dalam surah Al A’raf 204: “Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”.
Dari ayat ini didapat pelajaran bahwa tadarus Al Qur’an janganlah dilakukan secara beramai-ramai tetapi dibaca oleh satu orang dan didengarkan oleh jamaah yang lain. Dan karena Al Qur’an adalah kitab dzikir yang bernama “adz-dzikra” maka adab berdzikir dengan Al Qur’an harus disesuai dengan ayat-ayat sebelumnya, yaitu sangat tidak boleh dengan suara keras.
Disamping itu Al Qur’an juga mengandung ayat-ayat mutasyabihat yaitu ayat-ayat yang kalimatnya memerlukan kupasan, pembahasan yang detail, tidak jelas hakikatnya kecuali oleh Allah saja. Ayat-ayat semacam ini kita imani berasal dari Allah namun bukan haq kita mentakwil atau menafsirkannya. Hanya Allah yang maha tahu. Nah.., orang yang hatinya condong kepada kesesatan, sangat suka dengan ayat-ayat semacam ini karena ada kesempatan memutar-mutar lidah. Untuk apa memutar lidah? Ada yang berbuat untuk mencari pengakuan manusia-manusia yang kurang akal. Ada yang senang karena dia memandang dirinya seniman, sehingga kitab Allah hanyalah kumpulan puisi cinta atau novel ilahiyah yang sangat hebat. Bagi yang bertabiat anjing maka ayat seperti ini sangat enak dan strategis dijadikan sumber mencari nafkah.
Oleh karena itu marilah kita cukupkan pelaksanaan ibadah kita hanya kepada petunjuk Allah yang telah dengan terang dicontohkan oleh Rasul-Nya Muhammad SAW. Dalam kaitan ini akan banyak dalil yang harus ditampilkan. Namun untuk sementara cukup beberapa dalil, diantaranya surah al Ahzab 31-32: "Katakanlah: "Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; jika kalian menolak maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir"
Kalau petunjuk Allah yang sudah jelas, tegas dan gamblang semacam kita terima dari petunjuk Rasulullah, maka haram bagi kita mencampurkannya dengan petunjuk yang lain, siapa pun orangnya dan apa pun kedudukannya. Allah berfirman dalam al Baqarah ayat 42: "Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.
Kita harus yakin kebenaran Al Qur’an secara 100%. Islam itu ad-diin yang sudah sempurna, karna Allah berfirman dalam surah al Maidah ayat 3 :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu menjadi agamamu".
Artinya, tidak ada lagi tambahan atau pengurangan atas agama Allah ini karena kesempurnaan Islam sudah ditutup sejak ayat itu turun kepada Muhammad SAW. Allah pun berfirman dalam surah Al An’am ayat 115: "Telah tamat (sempurna) kalimat Tuhanmu sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat Allah itu dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Wallahu a’lam.
Buntok, 24-08-2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Oleh-oleh Kalimantan
Jan 12 Oleh-oleh Kalimantan Kami juga memasarkan beberapa jenis oleh-oleh khas Kalimantan, diantaranya mandau, tas manik motif Da...
-
KULAT ALIAS JAMUR Jamur merupakan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil (zat hijau daun) sehingga tidak bisa menghasilkan mak...
-
Kalau sebelumnya Barito Raya Pro memperkenalkan Keripik Lambiding atau keripik Kelakai, Keripik Paku, Keripik Mandai, St...
-
ADAB IBADAH RAMADHAN oleh : Syamsuddin Rudiannoor إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِن...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar