RABU, 20 MARET 2013 21:58
- REDAKSI
Syabab.Com - Umat Buddha Sri Lanka berpendapat bahwa masjid kuno Kuragala awalnya adalah sebuah biara Buddha. Setelah merasa menang dalam kampanye mereka menentang makanan halal, ekstremis Buddha Sri Lanka kemudian beralih sasaran kepada masjid-mesjid dan menyerukan penghancuran masjid yang telah 10 abad menjadi tempat ibadah kaum muslim.
Ven.Galaboaththe Gnanasara Thera, Sekretaris Jenderal Angkatan Bersenjata Buddha, mengatakan kelompoknya telah memberikan kaum Muslim batas waktu hingga 30 April untuk keluar dari Masjid Kuragala, seperti dilaporkan Colombo Page pada hari Senin, 18 Maret.
Galaboaththe berpendapat bahwa masjid itu awalnya adalah sebuah biara Buddha yang diambil alih oleh umat Islam, dan dia menyerukan agar umat Buddha agar bergabung sebagai upaya untuk menghancurkan masjid kuno itu.
Kuragala diyakini adalah sebuah Kompleks Biara Buddha yang meliputi sejumlah bebatuan yang terlihat di permukaan tanah.
Reruntuhan kompleks itu berasal dari abad ke-2 SM dan telah dinyatakan sebagai tempat arkeologi oleh pemerintah.
Pada saat melakukan perdagangn ke Sri Lanka, para saudagar Muslim membangun sebuah masjid dan sebuah kuil di tempat sebagai tempat beribadah oleh Qutab Muhiyadeen Abdul Cader Jailany, yang mengunjungi tempat tersebut lebih dari 1.000 tahun yang lalu.
Masjid dan kuil telah hidup berdampingan sejak abad ke-10. Kampanye yang baru dilakukan untuk menentang keberadaan masjid kuno itu dilakukan tidak lama setelah penentangan jahat yng dilakukan oleh para ekstremis Buddha terhadap makanan halal di Sri Lanka.
Selama minggu-minggu terakhir, Angkatan Bersenjata Buddha telah berunjuk rasa untuk menyerukan boikot terhadap produk makanan halal di negara itu.
Pada awal bulan ini, umat Islam sepakat untuk meninggalkan logo makanan halal pada produk-produknya untuk membantu meredakan ketegangan dengan mayoritas pemeluk Budha.
Ditendang
Thera, seorang pemimpin Buddha, mengatakan bahwa isu makanan halal kini sudah selesai dan tidak akan dibahas lagi.
Dia menambahkan bahwa langkah selanjutnya bagi kelompok itu adalah menendang kaum Muslim keluar dari wilayah Kuragala yang bersejarah.
Sri Lanka telah jatuh ke dalam ketegangan menyusul serangkaian insiden yang melibatkan ekstrimis Buddha yang memprovokasi umat Islam.
Pada bulan Juni, sekitar 200 demonstran yang dipimpin oleh beberapa puluh biksu Budha berkumpul di sebuah pusat Islam di wilayah pinggiran Kolombo, Dehiwala.
Sambil melemparkan batu dan daging busuk ke arah gerbang masjid, para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan yang menuntut penutupan tempat ibadah kaum Muslim itu.
Bulan April lalu, sejumlah biksu menganggu kaum Muslim yang sedang melakukan shalat di desa Dambulla. Para penyerang itu mengklaim bahwa masjid itu yang dibangun pada tahun 1962 adalah ilegal.
Beberapa minggu kemudian, para biksu menyusun surat ancaman yang ditujukan kepada umat Islam di kota terdekat Kurunegala, dan menuntut dihentikannya pelaksanaan shalat.
Sebuah komite menteri telah ditunjuk oleh Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapaksa untuk memeriksa ketegangan agama yang berkembang di negara itu.
Pihak Oposisi Utama UNP telah menuduh Angkatan Bersenjata Buddha mendapat restu terselubung dari pemerintah untuk melakukan kampanye kebencian mereka terhadap kaum Muslim, suatu klaim yang dibantah oleh kelompok itu.
Kum Muslim Sri Lanka, yang dikenal dengan “Moor”, adalah kelompok etnis terbesar ketiga di negara itu setelah Sinhala, yang membentuk 70 persen rakyat Sri Lanka, dan Tamil, yang mencapai 12,5 persen.
Para pengamat mengatakan bahwa pemerintah telah berada di bawah tekanan untuk menyerah kepada kemauan mayoritas Buddha apabila terjadi benturan etnis.
Selama perang saudara yang panjang di negara itu, komunitas Muslim sering terjebak di antara dua pihak yang bertikai dan dikenl sebagai kelompok yang bersikap moderat.
Kaum Muslim tinggal tersebar di seluruh negara pulau itu dari mulai Galle di selatan hingga ke semenanjung Jaffna yang didominasi etnis Tamil di utara.
Pada umumnya mereka melakukan perdagangan, dari mulai membuka took-toko yang menjual makanan-makanan kering hingga mendominasi bisnis permata yang berhubungan dengan Ratnapura [Kot Permata] dan banyak bisnis ekspor-impor di ibukota.
Di pantai barat, umat Islam terutama melakukan bisnis dan perdagangan, sedangkan di pantai timur mereka menjadi petani, nelayan dan pedagang. [rz/onislam/htipress/syabab.com]
RABU, 20 MARET 2013 21:58
- REDAKSI
Syabab.Com - Umat Buddha Sri Lanka berpendapat bahwa masjid kuno Kuragala awalnya adalah sebuah biara Buddha. Setelah merasa menang dalam kampanye mereka menentang makanan halal, ekstremis Buddha Sri Lanka kemudian beralih sasaran kepada masjid-mesjid dan menyerukan penghancuran masjid yang telah 10 abad menjadi tempat ibadah kaum muslim.
Ven.Galaboaththe Gnanasara Thera, Sekretaris Jenderal Angkatan Bersenjata Buddha, mengatakan kelompoknya telah memberikan kaum Muslim batas waktu hingga 30 April untuk keluar dari Masjid Kuragala, seperti dilaporkan Colombo Page pada hari Senin, 18 Maret.
Galaboaththe berpendapat bahwa masjid itu awalnya adalah sebuah biara Buddha yang diambil alih oleh umat Islam, dan dia menyerukan agar umat Buddha agar bergabung sebagai upaya untuk menghancurkan masjid kuno itu.
Kuragala diyakini adalah sebuah Kompleks Biara Buddha yang meliputi sejumlah bebatuan yang terlihat di permukaan tanah.
Reruntuhan kompleks itu berasal dari abad ke-2 SM dan telah dinyatakan sebagai tempat arkeologi oleh pemerintah.
Pada saat melakukan perdagangn ke Sri Lanka, para saudagar Muslim membangun sebuah masjid dan sebuah kuil di tempat sebagai tempat beribadah oleh Qutab Muhiyadeen Abdul Cader Jailany, yang mengunjungi tempat tersebut lebih dari 1.000 tahun yang lalu.
Masjid dan kuil telah hidup berdampingan sejak abad ke-10. Kampanye yang baru dilakukan untuk menentang keberadaan masjid kuno itu dilakukan tidak lama setelah penentangan jahat yng dilakukan oleh para ekstremis Buddha terhadap makanan halal di Sri Lanka.
Selama minggu-minggu terakhir, Angkatan Bersenjata Buddha telah berunjuk rasa untuk menyerukan boikot terhadap produk makanan halal di negara itu.
Pada awal bulan ini, umat Islam sepakat untuk meninggalkan logo makanan halal pada produk-produknya untuk membantu meredakan ketegangan dengan mayoritas pemeluk Budha.
Ditendang
Thera, seorang pemimpin Buddha, mengatakan bahwa isu makanan halal kini sudah selesai dan tidak akan dibahas lagi.
Dia menambahkan bahwa langkah selanjutnya bagi kelompok itu adalah menendang kaum Muslim keluar dari wilayah Kuragala yang bersejarah.
Sri Lanka telah jatuh ke dalam ketegangan menyusul serangkaian insiden yang melibatkan ekstrimis Buddha yang memprovokasi umat Islam.
Pada bulan Juni, sekitar 200 demonstran yang dipimpin oleh beberapa puluh biksu Budha berkumpul di sebuah pusat Islam di wilayah pinggiran Kolombo, Dehiwala.
Sambil melemparkan batu dan daging busuk ke arah gerbang masjid, para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan yang menuntut penutupan tempat ibadah kaum Muslim itu.
Bulan April lalu, sejumlah biksu menganggu kaum Muslim yang sedang melakukan shalat di desa Dambulla. Para penyerang itu mengklaim bahwa masjid itu yang dibangun pada tahun 1962 adalah ilegal.
Beberapa minggu kemudian, para biksu menyusun surat ancaman yang ditujukan kepada umat Islam di kota terdekat Kurunegala, dan menuntut dihentikannya pelaksanaan shalat.
Sebuah komite menteri telah ditunjuk oleh Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapaksa untuk memeriksa ketegangan agama yang berkembang di negara itu.
Pihak Oposisi Utama UNP telah menuduh Angkatan Bersenjata Buddha mendapat restu terselubung dari pemerintah untuk melakukan kampanye kebencian mereka terhadap kaum Muslim, suatu klaim yang dibantah oleh kelompok itu.
Kum Muslim Sri Lanka, yang dikenal dengan “Moor”, adalah kelompok etnis terbesar ketiga di negara itu setelah Sinhala, yang membentuk 70 persen rakyat Sri Lanka, dan Tamil, yang mencapai 12,5 persen.
Para pengamat mengatakan bahwa pemerintah telah berada di bawah tekanan untuk menyerah kepada kemauan mayoritas Buddha apabila terjadi benturan etnis.
Selama perang saudara yang panjang di negara itu, komunitas Muslim sering terjebak di antara dua pihak yang bertikai dan dikenl sebagai kelompok yang bersikap moderat.
Kaum Muslim tinggal tersebar di seluruh negara pulau itu dari mulai Galle di selatan hingga ke semenanjung Jaffna yang didominasi etnis Tamil di utara.
Pada umumnya mereka melakukan perdagangan, dari mulai membuka took-toko yang menjual makanan-makanan kering hingga mendominasi bisnis permata yang berhubungan dengan Ratnapura [Kot Permata] dan banyak bisnis ekspor-impor di ibukota.
Di pantai barat, umat Islam terutama melakukan bisnis dan perdagangan, sedangkan di pantai timur mereka menjadi petani, nelayan dan pedagang. [rz/onislam/htipress/syabab.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar