SYARAT DITERIMANYA AMAL
Oleh: Sahgian
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. : يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Jamaah Jum’at yang berbahagia.
Ketahuilah bahwa iman kepada Allah dan kufur kepada thogut adalah rukun Islam terbesar yang diajarkan para Rasul kepada ummatnya. Keduanya menjadi tujuan mengapa mereka diutus ke dunia, sekaligus menjadi tujuan risalah yang mereka bawa, sebagaimana firman Allah: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”,(QS An Nahl:36).
Maka menunaikan keduanya adalah merupakan kewajiban pertama manusia kepada Tuhannya sebelum nanti mereka diwajibkan dengan kewajiban ibadah yang lain. Amal sholeh apa pun yang dilakukan manusia tidak akan mungkin diterima oleh Allah SWT apabila tidak dilandasi dengan tauhid yang bersih dari kesyirikan. Berapapun banyaknya amal kebaikan yang dilakukan oleh seseorang, tetap tidak mungkin ada artinya apabila pelakunya tidak kufur kepada thogut. Yang mana seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah apabila dia tidak melakukan pengingkaran kepada thogut. Hal ini sebagaimana firman Allah: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Hadirin Jamaah Jum’at yang mudah-mudahan dirahmati Allah.
Didahulukannya kufur kepada thogut daripada iman kepada Allah Ta’ala memiliki makna yang agung, diantaranya:
Yang pertama: adalah sebagai syarat tidak bolehnya meremehkan persoalan kufur kepada thogut, dan bahwa ia adalah pokok Dien yang menjadi fondasi bagi pokok-pokok dan cabang-cabang Dien yang lainnya.
Yang kedua: kufur kepada thogut harus didahulukan dari pada iman kepada Allah karena andaikata iman kepada Allah lebih didahulukan atas kufur kepada thogut maka tetap saja iman itu tidak bermanfaat bagi pemiliknya kecuali setelah ia mengkufuri thogut dan meninggalkan kesyirikan.
Dan yang ketiga: Iman kepada Allah dan iman kepada thogut tidak mungkin terkumpul dalam jiwa seseorang meski hanya sesaat karena iman kepada salah satunya akan menghapuskan yang lainnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah: Bahwa iman dan kekafiran tidak akan berkumpul dalam hati seseorang.
Maka dari itu hadirin, hanya ada satu pilihan, yaitu: Iman kepada Allah yang di dahului kufur kepada thogut atau iman kepada thogut dan kufur kepada Allah Ta’ala.
Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia.
Kufur kepada thogut serta iman kepada Allah adalah 2 hal yang dengannya seseorang bisa dikatakan mukmin dan dengannya amalan bisa diterima, sebagaimana firman Allah: “Dan barang siapa yang melakukan amal sholeh, baik laki-laki atau perempuan sedang ia mukmin maka mereka masuk surga seraya mereka diberi rizki di dalamnya tanpa perhitungan”. (QS Al Mukmin : 40)
Dalam ayat ini hadirin, Allah SWT menetapkan pahala amal sholeh hanya bagi orang mukmin, sedang orang yang mempertahankan tradisi, pemberian tumbal atau sesajen terhadap perkara tertentu bukanlah seorang mukmin karena ia melakukan ketaatan kepada selain Allah, dan orang yang meminta berkah kepada orang yang sudah mati bukanlah seorang mukmin karena dia meminta keberkahan kepada selain Allah. Dan orang yang rela berhukum dengan selain hukum Allah bukanlah seorang mukmin karena dia rela berhukum kepada hukum thogut, sebagai mana firman Allah: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya” (QS An Nisa : 60).
Dan bahkan hadirin, orang yang mengusung Demokrasi, Sekularisme, Liberalisme dan sebagainya bukanlah seorang mukmin tetapi mereka adalah orang-orang musyrik karena mereka tidak kufur kepada thogut. Yang mana amal ibadah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik itu tidak akan diterima oleh Allah sebagaimana firman-Nya: "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelum kamu. "Jika kamu berbuat syirik maka akan hapuslah amalmu dan kamu termasuk orang-orang yang merugi”.
Amalan-amalan yang banyak itu hilang sia-sia dengan satu kali saja berbuat kesyirikan, maka apakah gerangan apabila orang tersebut terus-menerus berjalan di dalam kesyirikan, padahal ayat ini adalah ancaman kepada Rasul SAW yang tidak mungkin berbuat kesyirikan, dan begitu juga para Nabi semuanya diancam dengan ancaman yang sama, sebagaimana firman-Nya: "Dan barang siapa berbuat syirik maka lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan". (QS Al An’am : 88).
Inilah yang disebut dengan tauhid yaitu syarat yang paling mendasar yang jarang diperhatikan oleh banyak orang, yang tanpanya amalan tidak bisa diterima oleh Allah SWT.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
Maasiral muslimin rahimakumullah.
Masih ada 2 syarat lagi yang harus dipenuhi oleh seorang hamba agar tidak termasuk orang-orang yang merugi di akhirat kelak sebagaimana yang diberitakan dalam Al Qur’an: "Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (QS Al Kahfi : 103-104).
Adapun 2 syarat selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari memahami tauhid adalah:
Yang pertama adalah IKHLAS.
Orang yang melakukan amal sholeh tetapi bukan karena Allah maka bukanlah termasuk orang yang ikhlas karena ia beribadah hanya karena ingin dilihat dan dipuji manusia, dan amalnya tidak akan diterima oleh Allah sebagai mana firman-Nya: "Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS Al Kahfi : 110)
Ayat ini, hadirin, berkenaan dengan keikhlasan. Jadi, orang yang beramal sholeh dan dia bertujuan kepada yang lain disamping kepada Allah maka ia bukanlah termasuk orang yang ikhlas.
Dan yang kedua adalah MUTABA”AH (sesuai tuntunan Rasul).
Amal ibadah apapun yang dilakukan, meskipun dilakukan dengan ikhlas akan tetapi tidak sesuai dengan tuntunan atau contoh Rasulullah maka pasti tertolak sebagai mana sabdanya: “Barang siapa yang melakukan amalan yang tidak ada dasarnya dari kami maka itu tertolak”. (HR Muslim)
Dan juga sabda beliau SAW: “Jauhilah perkara yang diada-adakan dalam beragama karena yang diada-adakan dalam agama adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat”. (HR Tirmidzi).
Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia.
Sedikit amalan tetapi sesuai tuntunan Rasul mungkin adalah lebih baik daripada banyak amalan tetapi didalam kebid’ahan. Jadi, hadirin, dalam uurusan ibadah kita harus bertanya pada diri sendiri “apakah landasan atau dalil yang kita jadikan dasar?” Karena setiap kita beramal apabila tidak mengetahui dasar atau dalilnya maka lebih baik tinggalkan karena hal itu lebih selamat bagi kita sebagai mana firman Allah: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya".
Sebagai mana ayat ini, hadirin, sangat jelas bahwa kita dilarang mengikuti segala sesuatu yang kita tidak mengetahui pengetahuan tentangnya karena segala sesuatu yang kita lakukan akan dimintai pertanggung-jawabannya disisi Allah SWT.
Inilah hadirin 2 hal yang penting yang harus diketahui setiap muslim agar amal sholeh yang ia lakukan tidak tergolong sia-sia disisi Allah SWT.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغفر لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Buntok, 29 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Oleh-oleh Kalimantan
Jan 12 Oleh-oleh Kalimantan Kami juga memasarkan beberapa jenis oleh-oleh khas Kalimantan, diantaranya mandau, tas manik motif Da...
-
KULAT ALIAS JAMUR Jamur merupakan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil (zat hijau daun) sehingga tidak bisa menghasilkan mak...
-
Kalau sebelumnya Barito Raya Pro memperkenalkan Keripik Lambiding atau keripik Kelakai, Keripik Paku, Keripik Mandai, St...
-
ADAB IBADAH RAMADHAN oleh : Syamsuddin Rudiannoor إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِن...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar