Oleh: Syamsuddin Rudiannoor
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. : يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Jamaah Jum’at yang mudah-mudahan memperoleh rahmat dari Allah Sub-haanahu wa Ta’ala.
Khutbah kali ini hanyalah membacakan rangkaian firman Allah yang termaktub dalam surah At Taubah, yaitu At Taubah ayat 1 dan 2, At Taubah 16 sampai 18 dan At Taubah ayat 100 sampai 110.
Dalam At Taubah ayat 16 Allah berfirman: (16) “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (saja), sedangkan Allah belum mengetahui orang-orang yang berjihad diantara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain daripada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Apa titik berat ayat ini? Melalui At Taubah ayat 16 ini Allah menegaskan kepada siapa pun orang-orang Islam yang selama ini mengaku telah beriman bahwa iman mereka tidak akan dianggap iman yang sesungguhnya sebelum Allah Ta’ala melihat bukti atas pengakuan keimanan itu. Bagai mana Allah melihat bukti keimanan kita? Allah sendiri yang memperlihatkan caranya dalam ayat itu, yaitu:
Pertama, Allah harus mendapatkan bukti nyata melalui orang-orang yang berjihad;
Kedua, Allah harus melihat sendiri bahwa kita tidak mengambil teman setia kecuali hanya berwali kepada Allah, Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman.
Maknanya, mengaku sebagai orang Islam yang beriman harus benar-benar bisa dibuktikan dengan kerja nyata dan amalan sholih yang syar’i, bukan pengakuan yang hanya manis dibibir namun hampa makna. Artinya, iman kepada Allah memerlukan bukti yang nyata, bukan janji palsu.
Jamaah Jum’at yang berbahagia.
Selanjutnya dalam ayat 17 Allah berfirman: [17] “Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka”.
Apa yang diinginkan ayat ini? Allah menunjukkan kepada ummat Islam bahwa siapa pun dari ummat ini yang mengingkari ayat-ayat Allah, misalnya ayat sebelumnya tadi, maka mereka dianggap dusta. Mereka dinilai pembohong. Memang mereka tidak menolak islam secara keseluruhannya, malah mereka pun berjuang mengatas-namakan Islam, yang salah satu caranya adalah aktif mendirikan dan memakmurkan masjid. Namun sayang Allah tidak menganggap keimanan semacam ini, justru Allah mem-vonis: “Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka”.
Kenapa mereka dianggap mengaku kafir? Karena mereka Islam tetapi menolak sebagian dari ajaran Islam yakni pembuktian keimanan dengan jihad dan tidak mengambil kawan setia kecuali Allah, Rasul dan orang-orang yang beriman saja. Inilah orang-orang sia-sia pekerjaannya dan mereka abadi di dalam siksa nereka.
Maka untuk menolak pemakmuran masjid oleh orang-orang Islam tetapi kafir, Islam tetapi musyrik dan munafik, Allah berfirman dalam ayat selanjutnya (At Taubah ayat 18): [18] “Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta tetap menegakkan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Inilah orang-orang yang diwajibkan Allah pantas memakmurkan masjid, yaitu: 1. orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dengan kesediaan membuktikan keimanannya dengan berjihad;
2. tetap teguh menegakkan shalat,
3. tetap bersedia menunaikan zakat;
4. dan tidak takut kepada siapa pun selain kepada Allah.
Mereka inilah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah, Insya Allah.
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping Allah”. (QS Al Jin ayat 18).
Dengan demikian, haram hukumnya takut kepada selain Allah di dalam masjid. Tidak ada ketakunan di dalam masjid kecuali hanya takut kepada Allah.
Jamaah Jum’at yang berbahagia.
Dalam rangkaian surah At Taubah ayat 16, 17 dan 18 tadi, terpampang jelas hubungan antara pembuktian keimanan dengan proses memakmurkan masjid. Dengan cara ini terlihat bahwa orang-orang yang mengaku beriman tetapi tanpa pembuktian jihad, bahkan menolak untuk berjihad, mengaku beriman tetapi mengambil kawan akrab selain Allah, Rasul-Nya dan orang beriman; mereka inilah orang Islam di mulutnya saja. Mereka hanya beriman dibajunya saja. Mereka ini sejatinya musyrik, walaupun mulut dan penampilannya terlihat sangat Islami. Dan yang lebih hebat lagi, mereka yang Islam Lipstik ini, walau pun enggan berjihad namun mereka tetap bersemangat membangun masjid dan memakmurkan masjid. Oleh karena itu, sangat wajar kalau Allah berfirman At Taubah ayat 17.
Semoga kita semua faham bahwa risalah membangun masjid adalah membangun rumah Allah sehingga didalam memakmurkannya, tidak boleh takut kecuali hanyalah takut kepada Allah. Barang siapa yang berusaha mempersandingkan ketakutannya kepada Allah dengan ketakutan kepada yang lain maka musyriklah dia.
Maka agar kita selamat dalam memakmurkan masjid, marilah kita mencontoh para penghulu kita, kaum tua kita. Siapakah para penghulu atau kaum tua kita? Itulah jamaah yang dibangun oleh Rasulullah Muhammad SAW, yang mereka itu tergambar diantaranya dalam surah At Taubah ayat 100: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar”.
Itulah mereka kaum tua kita. Mereka memperoleh ridha Allah karena mereka ridha kepada Allah. Mereka membangun dan memakmurkan masjid seperti kita. Karenanya mereka memperoleh ridha Allah disebabkan mereka mengaplikasikan semua ketentuan Allah dengan lurus. Lalu bagaimana dengan kita? Adakah kita sama dengan mereka? Atau apakah kita justru sama dengan orang-orang diluar mereka? Marilah kita simak rangkaian firman Allah dalam At Taubah ayat 1 dan 2: "(101). Dan diantara orang-orang Arab disekelilingmu itu ada orang-orang munafik dan (juga) diantara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu tidak mengetahui mereka (tetapi) Kami-lah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar. [102] Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur-aduk amal pekerjaan yang baik dengan amalan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Jamaah Jum’at yang berbahagia.
Itulah realitas ummat Muhammad dimasa beliau masih hidup. Beliau ternyata hidup ditengah-tengah suasana yang luar biasa keras. Buktinya, sungguh telah ada ummat Islam yang hanya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka hanya mencintai Allah, Rasul dan kaum mukmin, inilah mereka para shahabat beliau yang hanif. Mereka itu memperoleh gelar Radhiallah sebagai mana At Taubah ayat 100. Namun kenyataannya, kebanyakan lagi dari ummat ini justru berkapasitas dzalim, kafir dan munafik. Yang sangat aneh, didalam urusan masjid dan pemakmurannya, orang-orang kafir dan musyrik itu justru sangat giat. Mereka berjuang laksana pahlawan Islam yang sesungguhnya padahal merekalah yang akan masuk neraka selama-lamanya. Mari kita renungi masalah besar ini. Paling tidak marilah kita merenungi keluh-kesah Rasulullah dalam surah Al Furqan ayat 30-31: [25:30] Berkatalah Rasul (mengeluh): "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an itu sesuatu yang tidak diperdulikan". [25:31] Dan seperti itulah kalian, Kami adakan bagi tiap-tiap nabi itu musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong".
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.
Jamaah Jum'at yang berbahagia.
Didalam usaha membangun dan memakmurkan masjid telah cukup contoh dari Allah dan Rasulullah Muhammad SAW. Dalam hal ini mari perhatikan rangkaian surah At Taubah ayat 107-110. Allah SWT berfirman: "[107] Dan ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan, untuk kekafiran dan untuk memecah belah orang-orang mukmin, serta untuk menunggu kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta. (Surah At Taubah 107).
Inilah ayat yang menunjukkan bahwa orang-orang munafik di jaman kenabian telah membangun masjid untuk menipu ummat Islam dan Rasulullah SAW. Allah lalu melanjutkan berfirman kepada Nabi Muhammad dan ummat Islam pada umumnya dengan firman-Nya: "[108] Janganlah kamu berdiri (shalat) di dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (yakni masjid Quba) sejak hari pertama (pembangunannya) adalah lebih patut kamu beribadah di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih". (QS At Taubah 108)
Dengan dalil ini jelas bahwa sholat dan beribadah didalam masjid yang dibangun bukan untuk mencari keridhaan Allah, bukan dengan dasar taqwa, bukan untuk menegakkan syariat Islam adalah haram hukumnya. Haram sholat disana selama-lamanya. Artinya, masjid Allah hanya boleh dibangun dan dimakmurkan hanya dengan memakai ketentuan Allah atas petunjuk Rasul-Nya, bukan dengan ketentuan selainnya.
Selanjutnya Allah berfirman dalam ayat berikutnya: "[109] Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridaan (Nya), itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang akan runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengannya kedalam neraka Jahanam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dzalim." (QS At Taubah 109)
Sub-haanallah, maha suci Allah. Orang-orang yang mendirikan masjid tanpa didasari ketakwaan yang benar adalah laksana membangun ditepi jurang yang akan runtuh dan akhirnya masjid itu jatuh kedalam neraka bersama-sama dengan para pembangunan dan pengelolanya. Semoga Allah menghindarkan kita dari sifat-sifat dan sikap sedemikian.
Kemudian didalam surah At Taubah ayat 110 Allah menegaskan dengan gamblang bahwa masjid yang dibangun diatas ketidak-ikhlasan, masjid kaum munafik, masjid musyrikin, akan menghadirkan ciri-ciri yang bisa dilihat dengan mata dan dirasakan manusia-manusia disekelilingnya. Apa ciri-ciri masjid celaka itu? Inilah firman Allah: "[110] Bangunan-bangunan (masjid) yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".
Inilah cirinya celaka itu. Masjid itu akan senantiasa menjadi pangkal keraguan. Pangkal silang sengketa. Masjid itu akan membuat hati para pembangun dan pengurusnya menjadi bimbang dan ragu, kecuali hati mereka itu hancur lebur berantakan.
"[112] Maka tetaplah kamu dijalan yang benar sebagaimana yang diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (QS Hud ayat 112)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغفر لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Buntok, 27 Oktober 2010
Khutbah Jum’at disampaikan di Masjid As-Sunnah Buntok tanggal 5 November 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar