Jumat, 27 Agustus 2010

NASIHAT RAMADHAN 1431 H TANGGAL 26 AGUSTUS 2010 DI MASJID AS-SUNNAH BUNTOK

MANUSIA CENDERUNG MENGIKUTI ORANG BANYAK

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.


Jamaah Qiyamu Ramadhan yang berbahagia.

Sadar atau tidak, manusia cenderung mengikuti orang banyak, baik itu pendapat, amal ibadah maupun kecenderungan lainnya. Intinya apa? Banyaknya jumlah telah dijadikan dalil untuk menentukan benar atau tidaknya sesuatu persoalan. Hal semacam ini minimal ditemukan didalam kelaziman di masyarakat dan ajaran demokrasi, dimana yang memiliki pendukung terbanyak dipastikan keluar sebagai pemenang dan memegang otoritas kebenaran.

Apakah hal semacam ini ada dalam Islam? Insya Allah kita bahas sebentar lagi. Yang pasti, didalam menyemarakkan syiar ramadhan tahun ini, teori mengikuti orang banyak sebagai dasar beribadah adalah nyata dan menggejala kuat. Buktinya, masih lebih banyak masjid dan jamaah yang bershalawat, berdzikir dan berdoa nyaring, memakai pengeras suara, bahkan berteriak dari pada yang tidak. Padahal kita tahu adab berdoa adalah surah Al A’raf ayat 55: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan dengan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.

Kemudian didalam pelaksanaan sholat berjamaah, kita saksikan kebanyakan lebih gencar menggiatkan sholat dengan mengeraskan suara, dengan tergesa-gesa dan tanpa mau memahami tatacara sholat yang baik. Padahal sholat yang dilaksanakan seharusnya mempedomani firman Allah surah Al Isra ayat 110: “…… Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu didalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah diantara kedua itu."
Kalau ayat "sholat" ini ditarik kepada firman Allah "innallaaha wa malaikatihi yusholluuna alan nabiy..", maka otomatis bershalawat juga tidak boleh berteriak karena "shollu kama ra'aitumuni ushalli.."

Selanjutnya, Allah sangatlah banyak memerintahkan ummat Islam untuk berdzikir kepada-Nya. Akibatnya ummat Islam banyak berdzikir kepada Allah. Majelis dzikir bertumbuh dimana-mana. Al Qur’an sekalipun adalah kitab dzikir yang sesungguhnya karena Allah berfirman: ”Inna nahnu nadzzalna dzikra wa inna lahuu lahaafidzuun”. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-dzikra ( al Qur’an)itu dan kami pula yang memeliharanya. Namun sayang didalam pelaksanaannya dzikir itu belum memperhatikan adab dzikir yang diperintahkan Allah, yakni surah Al A’raf ayat 205: “Dan berdzikirlah menyebut Tuhanmu didalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, baik di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.

Akhirnya, kebanyakan dari ummat ini senang mengaji tadarus Al Qur’an dengan suara keras, memakai pengeras suara, berlomba-lomba mengeraskan suara secara berjamaah, padahal Allah memberikan adab tadarus Al Qur’an dengan firman-Nya dalam surah Al A’raf 204: “Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”.
Dari ayat ini jelas, tadarus Al Qur’an janganlah dilakukan secara beramai-ramai tetapi dibaca oleh satu orang dan didengarkan oleh jamaah yang lain. Maksudnya, kalau saja ummat ini melaksanakan peribadatan ramadhan sesuai petunjuk Al Qur’an maka tidak akan ada keluhan terhadap penyelenggaraan ibadah ramadhan.

Kenapa semua itu masih terus terjadi? Karena ada ulama yang membolehkan. Malah semua itu dianggap baik, bahkan lebih utama, alasannya, ”apabila kebanyakan kaum muslimin menganggapnya baik maka hukumnya sunnah”. Larangan Allah dianggap bukan larangan tetapi sekedar nasehat yang boleh dilanggar. Semua yang nyaring-nyaring tadi tujuannya baik yaitu beribadah dan menggiatkan dakwah Islam. Jadi ayat Allah hanyalah persoalan khilafiah. Begitu kata mereka.

Kita sebagai muslim harus sangat hati-hati dan jangan asal percaya. Karena hal semacam ini adalah "masalah" menentang Allah. Kita harus meyakini betul dengan surah al Maidah ayat 3:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu menjadi agamamu".

Apakah Islam sempurna namanya kalau masih ada saja ulama yang diperbolehkan menambah-nambahi amalan dan ajaran baru kedalam Islam?

Kita juga harus berpegang teguh dengan firman Allah surah Al An’am 115: "Telah tamat (sempurna) kalimat Tuhanmu sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat Allah itu dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"

Coba fikir? Apakah sudah tamat sempurna agama Allah kalau masih saja ada manusia yang diperbolehkan menambahkan firman-firman palsu kedalam Islam? Awas, Allah sangat melarang berbuat sedemikian diantaranya dengan Surat al Baqarah 42: ”Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui”.

Dengan ini saya tegaskan, jangan ada satupun diantara kita yang berani-berani menambahkan sesuatu apa pun kedalam Islam, walau sekecil apa pun.

Allah berfirman dalam Al Ahzab ayat 31: "Katakanlah: "Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Ahzab 31).

Apa artinya ayat ini? Kita diwajibkan dengan kewajiban tunggal yaitu hanya diperintah mengikuti Rasulullah Muhammad SAW, tidak ada ketaatan kepada yang lain, dan sebaliknya diharamkan mengikuti manusia selain beliau SAW termasuk ulama. Anda yang selama ini bersyahadat dengan Muhammad, jangan ubah syahadat itu dengan ulama.
Anda harus bertawakal kepada Allah,bukan kepada Ulama. Anda harus bertaqwa kepada Allah, bukan kepada ulama. Jangan batalkan syahadat anda sendiri. Allah berfirman dalam surah Al Maidah ayat 100: ” Katakanlah: "Tidaklah sama antara yang buruk dengan yang baik, meskipun yang buruk itu banyak dan yang buruk itu menarik hatimu. Maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang berakal, agar kamu mendapatkan keberuntungan."

Ingatlah selalu dengan ayat ini. Tidak sama antara yang buruk dengan yang baik walaupun yang buruk itu sangat banyak dan sangat menarik hati. Kuatkanlah taqwa kepada Allah, jangan bertaqwa kepada orang banyak. Akhirnya, ditutup nasihat ini dengan 2 ayat, yaitu surah Al An’am ayat 116 dan surah Al Ahzab ayat 36.

Dalam surah Al An’am ayat 116 Allah berfirman: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”

Kemudian didalam Al Ahzab 36 Allah berfirman: "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata".

Apa artinya kedua ayat terakhir tadi. Yang pertama, mengikuti orang banyak berarti mengikuti kesesatan secara beramai-ramai dan setuju sesat berjamaah. Yang kedua, mengingkari ketetapan Allah dan Rasul-Nya berarti durhaka dan kafir kepada Allah dengan kesesatan yang nyata. Nah, silakan pilih..!

Wallahu a’lam.

Buntok, 25 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Oleh-oleh Kalimantan

Jan 12 Oleh-oleh Kalimantan Kami juga memasarkan beberapa jenis oleh-oleh khas Kalimantan, diantaranya mandau, tas manik motif Da...